PENGERTIAN KARMA DAN NASIB DALAM BUDHA
NASIB/TAKDIR...pengertian & 10
cara merubah nasib/takdir menjadi lebih baik KESIMPULAN TENTANG
“NASIB/TAKDIR”/KARMA menurut paham
Buddhisme :
1. Segala sesuatu di dunia tidaklah
kekal, selalu berubah
2. Perjalanan hidup seseorang juga
dapat berubah
3. Perubahan perjalanan hidup
ditentukan oleh perbuatannya sendiri
4.Ada, paling sedikit, sepuluh
perbuatan yang dapat mengubah kehidupan
Agama Buddha memang melihat kehidupan
ini tidaklah kekal, selalu berubah. Dengan demikian, memang benar
bahwa nasib seseorang pun dapat
berubah. Nasib sesungguhnya adalah merupakan kumpulan buah perbuatan baik
maupun buruk yang telah pernah
dilakukan seseorang. Salah satu sabda Sang Buddha yang sangat terkenal tentang
ini adalah: "
Sesuai dengan benih yang ditabur,
begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan
mendapatkan kebajikan dan pembuat
kejahatan akan menerima kejahatan pula.
Tertaburlah olehmu biji-biji benih
dan engkau pulalah yang akan memetik buah-buah dari padanya"
(Samyutta Nikaya I, 227). Jelas sudah sekarang
bahwa suka dan duka adalah buah perbuatan sendiri.
Dengan demikian, nasib pasti dapat
diperbaiki dengan melakukan suatu tindakan tertentu. Agar lebih jelas memahami
Ajaran Sang Buddha yang dapat dipergunakan
untuk mengubah nasib maka disusunlah makalah ini. Namun, agar
terhindar dari kerancuan pengertian
istilah 'nasib' yang telah berkembang di tengah masyarakat bahwa nasib tidak
dapat diubah maka dalam makalah ini digunakan
istilah yang lebih sesuai yaitu Kamma (Pali) atau Karma (Sanskerta).
Istilah 'kamma' memang telah
dipergunakan oleh Sang Buddha sendiri. Dalam pembahasan makalah akan
digunakan istilah yang cukup
memasyarakat yaitu 'karma'.Memperhatikan perumpamaan yang diberikan
Sang Buddha tentang Hukum Karma, dapatlah
dimengerti bahwa Hukum Karma sebenarnya adalah Hukum Sebab dan Akibat.
Apabila ada sebab maka timbul pula akibat;
apabila hilang penyebabnya maka hilang pula akibat. Hukum Sebab dan
Akibat ini adalah merupakan hakekat kehidupan.
Oleh karena itu, ada beberapa kondisi alam yang juga dipengaruhi
oleh Hukum Sebab dan Akibat. Kondisi ini
diuraikan dalam Abhidhamma Vatara 54 sebagai HUKUM ALAM (Pancaniyama Dhamma)
yaitu:
1. Bija Niyama: Hukum mengenai biji -
bijian
2. Utu Niyama : Hukum yang berkenaan
dengan temperatur
3. Kamma Niyama: Hukum Perbuatan
4. Citta Niyama: Hukum akibat dari
kemampuan pikiran
5. Dhamma Niyama: Adanya
gravitasiHukum Karma (Kamma Niyama) ternyata adalah salah satu dari Hukum Sebab
.
dan Akibat. Sesuaidengan prinsip dasar Hukum Sebab dan Akibat berarti
setiap suka dan duka yang dialami pasti adasebabnya.
Apabila dapat mengatasi penyebabnya maka akibatnya pun dapat diubah.
Jadi, kebahagiaan dapat dimunculkan dan
penderitaan dapat dihindari asalkan mengetahui penyebab kebahagiaan dan
penderitaan. Untuk dapat menumbuhkan
kebahagiaan dan menghindari penderitaan, cara kerja karma harus
diketahui terlebih dahulu
Pada kitab Visuddhimagga 601, cara
kerja karma dibagi menjadi:
1. Karma yang menyebabkan kelahiran
Pada saat kelahiran, seseorang tidak dapat menentukan sendiri agar dapat
lahir dengan
bentuk tubuhtertentu, jenis
kelamin tertentu dan sebagainya. Apa yang didapat pada saat kelahiran
adalah mutlak
buah karma yang telah pernah
diperbuat dalam kehidupan sebelumnya. Lahir sebagai lelaki atau wanita,
lahir
sempurna atau cacad adalah hasil kerja
karma yang melahirkan berdasarkan
timbunan karma baik maupun buruk yang
dimilikinya.
2. Karma yang mendukung buah karma
yang tengah dialami .
Kerja karma jenis kedua ini adalah memberikan tambahan atas karma yang
muncul
pada saatkelahiran. Apabila seorang
anak lahir dengan lebih banyak memiliki karma
baik sehingga ia mempunyai bentuk tubuh indah, sehat, ganteng / cantik
dan sempurna maka karma yang mendukung
memberikan nilai tambah lagi yaitu misalnya ia lahir dalam keluarga kaya raya,
keturunan yang terhormat dan
seterusnya. Sebaliknya, anak yang lahir dengan timbunan karma buruk yang cukup
banyak
sehingga ia memiliki tubuh cacad, wajah buruk
maka akan ditambah pula dengan kelahirannya di keluarga pra sejahtera,
kondisi keluarga yang amburadul.Inti kerja
karma ini adalah jika seseorang lahir bahagia maka akan ditambah
kebahagiaannya;
bila saat lahir sudah menderita maka
ditambah pula penderitaannya.
3. Karma yang mengurangi buah karma
yang sedang dialami
Kehidupan bahagia dan tambah bahagia
serta mereka yang menderita semakin menderita ternyatamasih dapat diperbaiki.
Kebahagiaan dapat ditingkatkan dan
penderitaan dapat dikurangi. Inilah yang menjadi tugas karma jenis ini. Namun,
tugas
tersebut harus dilaksanakan sendiri. Artinya,
mereka yang ingin tambah bahagia dan menghindari penderitaan harus
mampu melakukan perbuatan baik. Ada banyak
perbuatan baik yang dapat dilaksanakan. Dalam bagian lain
makalah ini nanti akan dibahas satu demi satu.
Pengertian tentang cara kerja karma
jenis inilah yang akan dapat memberikan makna dalam kehidupan. Orang akan
terdorong untuk melakukan
kebajikan karena menyadari bahwa buah
kebahagiaan akan dialami sendiri. Sebaliknya bila ia mengalami kesulitan, ia
tidak akan putus asa karena s
adar bahwa ia sendirilah yang dapat
mengubah tangis menjadi tawa. Dari sinilah semangat hidup dapat
dibangkitkan.Dari sini pula dibangkitkan
kelebihan manusia sebagai penentu
suka duka hidupnya sendiri. Tidak akan ada kekecewaan di kala menderita; tiada
kesombongan di kala
suka karena orang telah menyadari
bahwa segala suka dan duka yang dialami adalah hasil perbuatannya sendiri.
4. Karma yang memotong karma yang
menyebabkan kelahiran
Perubahan yang sangat drastis akibat
perbuatan sendiri dapat menimbulkan jalan hidup yangbertentangan dengan
karma yang dialami sewaktu dilahirkan.
Seseorang yang sempurna tubuhnya dan lahir dari keluarga bangsawan namun ia
suka mabuk-mabukan
akan dapat mengakibatkan dia menderita
selamanya, misalnya apabila ia mengalami kecelakaan lalu lintas yang
berakibat cacad seumur hidup.Dengan demikian,,
hilang kesempurnaan tubuhnya dan tidak ada lagi arti keturunan
bangsawan yangdimilikinya.
Sebaliknya orang yang buruk wajahnya dan lahir
di keluarga miskin, namun ia rajin dan penuh kejujuran maka ia
dapat memperoleh kepercayaan dari
atasannya untuk jabatan penting tertentu dalam suatu perusahaan, misalnya.
Jabatan
penting yang dipercayakan kepadanya
akan dapat memperbaiki kondisi ekonominya yang semula sulit. Jabatan itu juga
menyebabkan ia menjadi orang
terhormat yang bertolak belakang dengan keadaan yang dialaminya sewaktu ia
dilahirkan.
Dengan mengerti cara kerja karma di
atas, maka segala perbuatan baik dan buruk yang kita lakukanadalah termasuk
dalam jenis karma kelompok ketiga:
Karma yang mengurangi buah karma yang sedang dialami. Apabila banyak
perbuatan baik yang kita lakukan, maka
kebahagiaan dapat terus ditingkatkan dan penderitaan dapat dikurangi.
Sedangkan perbuatan jahat harus
dihindari karena akan dapat menurunkan kebahagiaan dan meningkatkan penderitaan
yang tengah dialami.
Inilah kunci penting perubahan karma.Dalam Dighanikaya Atthakatha III,
999 terdapat sepuluh jalan
berbuat kebaikan
(DasaPuññakiriyavatthu) yaitu:
1. Dãnamaya: memberikan dana /
kerelaan
2. Sîlamaya: menjaga sila (kemoralan)
3. Bhãvanãmaya: mengembangkan batin
4. Apacãyanamaya : bersikap rendah
hati dan menghormati mereka yang lebih tua
5. Veyyãvaccamaya: membantu dan
bersemangat dalam melakukan hal yang patut
6. Patidãnamaya: melimpahkan jasa
baik kita
7. Pattãnumodãnamaya: menerima dan
bergembira atas perbuatan baik orang lain
8.Dhammasavanamaya:mendengarkanDhamma
9. Dhammadesanãmaya: memberikan
kotbah Dhamma
10. Ditthujukakamma: membenarkan
pengertian salah
Penjelasan
mendetail 10 cara merubah nasib anda :
1. Dãnamaya:
memberikan dana / kerelaanDana atau
kerelaan dalam Agama Buddha adalah menjadi dasar
segala perbuatan baik. Tidak akan ada
perbuatan baik yang dilakukan seseorang apabila ia tidak memiliki kerelaan.
Dana yang dimaksudkan di sini tidaklah selalu
hanya berhubungan dengan uang ataupun materi saja. Dana yang
dibicarakan adalah dana yang bersifat
materi dan juga dana yang tidak bersifat materi. Dana yang bersifat materi
lebih biasa di dengar, sedangkan salah satu
contoh dana yang bersifat bukan materi adalah kesediaan seseorang
memberi maaf kepada orang yang bersalah.
Pada tingkat awal, orang memang dianjurkan berdana dalam bentuk materi,
misalnya uang, pakaian, makanan maupun
kebutuhan yang lain. Sesungguhnya makna dana ini adalah
menumbuhkan kebiasaan berpikir untuk
membahagiakan mahluk lain.
Bahkan, semua mahluk. Ia akan
membahagiakan mereka dengan segala macam cara. Menumbuhkembangkan pikiran
yang penuh cinta kasih. Dalam Jataka
37 disebutkan bahwa apabila seseorang memiliki pikiran penuh cinta kasih
maka ia akan merasa welas asih kepada semua
mahluk di dunia. Semua mahluk yang ada di atas, di bawah dan
di sekelilingnya, tak terbatas di manapun
juga. Apabila sikap ini sudah dapat terbentuk dengan kemampuan materi,
maka dapat dilanjutkan dengan memberikan
hal-hal yang bukan materi. Mau mendengarkan kesulitan
orang lain adalah juga termasuk berdana yang
bukan materi.
2. Sîlamaya: menjaga sila (kemoralan)
Pelaksanaan kemoralan ditujukan agar
seseorang selain mampu berbuat baik, ia hendaknya juga
mampu mengendalikan dirinya,
mengendalikan tingkah lakunya. Dalam pelaksanaan sila,
sebagai permulaan, seseorang dapat
melatih lima sila atau disebut juga sebagai Pancasila Buddhis
dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.
Dalam Theragatha 608 disebutkan bahwa
di sini, di dunia ini, seseorang haruslah melatih dengan
cermat untuk menyempurnakan
kemoralan, karena kemoralan apabila dikembangkan dengan baik akan
menghantarkan semua keberhasilan ke
dalam genggaman. Selanjutnya, apabila pelaksanaan latihan lima sila ini ingin
ditingkatkan, maka seseorang dapat melatih
delapan sila sehari dalam seminggu. Lebih meningkat lagi adalah
dengan melaksanakan sepuluh sila
yaitu dengan menjadi samanera sementara ataupun tetap.
Paling banyak latihan sila adalah dengan
melakukan bhikkhu sila yaitu melatih 227 peraturan kebhikkhuan.
3. Bhãvanãmaya:
mengembangkan batinBerdana dan
melaksanakan kemoralan adalah latihan pembentukan kebiasaan
yang masih berkaitandengan unsur
fisik seseorang. Kedua latihan ini sudah cukup baik,
namun masih harus ditingkatkan.Apabila
seseorang hanya melatih diri sampai pada unsur fisik saja,
maka ia akan menjadi orang
yangmunafik, pandai berpura-pura; baik kelakuan tetapi jahat pikirannya. Ia
hendaknya
juga melatih pikirannya dengan meditasi.
Meditasi sebaiknya dilatih setiap hari, pagi dan sore hari paling sedikit 15
menit
atau 30 menit setiap latihan. Melalui
meditasi orang dibiasakan berpikir yang baik, berkonsentrasi pada segala hal
yang sedang dipikirkan, dikerjakan
dan diucapkan. Tujuan utama meditasi adalah membentuk kebiasaan berpikir,
hidup adalah saat ini. Pikiran
seseorang sering melayang ke masa lampau ataupun yang akan datang, akibatnya
timbullah perasaan suka dan duka.
Suka adalah sebagai akibat tercapainya keinginan di masa lampau atau karena
membayangkan
kebahagiaan yang akan diperoleh di masa depan.
Sebaliknya duka adalah karena keinginan di masa lampau tidak
tercapai atau ketakutan membayangan
masa yang akan datang. Padahal, keduanya adalah tipuan pikiran belaka.
Di masa lampau seseorang pernah hidup tetapi
ia sudah tidak hidup di masa itu lagi. Sedangkan masa depan
, ia akan hidup tetapi belum tentu
hidup. Hidup adalah saat ini. Ketakutan maupun kebahagiaan semu justru akan
menyianyiakan kenyataan bahwa saat
inilah seseorang sedang hidup!
4. Apacãyanamaya :
bersikap rendah hati dan menghormati
mereka yang lebih tuaRendah hati adalah salah satu bentuk latihan mengurangi
keakuan
. Keakuan menjadikan seseorang merasa
sebagai tokoh utama dalam hidup ini. Tanpa dirinya seakan dunia tidak akan
berputar lagi
. Padaha l menurut Buddha Dhamma
kehidupan ini sesungguhnya dicengkeram
oleh Hukum Sebab dan Akibat. Artinya,
seseorang mampu mencapai kondisi seperti saat ini pasti ada sebabnya.
Dan dari salah satu penyebab tersebut, pasti
juga akan melibatkan fihak lain. Seseorang tidak akan pernah mampu
untuk hidup sendirian dalam dunia. Ia pasti
membutuhkan fihak lain untuk saling membantu. Oleh karena itu, apabila
telah disadari bahwa orang tidak dapat hidup
sendirian, maka orang akan mampu mengurangi rasa keakuan,
mengikis kesombongan. Orang akan dapat hidup
hormat menghormati. Orang akan menghormati mereka yang atut
memperoleh penghormatan. Orangtua
misalnya, adalah orang yang menyebabkan seseorang ada di dunia ini
. Mereka pula yang membesarkan dan
mendidik anak-anaknya.Oleh karena itu, sudah selayaknya mereka
memperoleh penghormatan. Demikian
pula dengan kakak yang mungkin juga telah ikut berperan dalam menjaga
dan menghindarkan seseorang dari
bahaya.
Para guru juga memiliki jasa dalam
memberikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Serta masih
sangat banyak fihak lain lagi yang
amat berjasa dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Penghormatan
selain sebagai sarana mengurangi keakuan, juga
untuk membiasakan seseorang agar dapat mengenal budi baik orang lain.
Dalam Anguttara Nikaya I, 87
dinyatakan bahwa terdapat dua tanda yang dimiliki oleh orang yang sulit
dijumpai di dunia ini.
Kedua tanda itu adalah, pertama,
orang tersebut memiliki kemampuan dan kemauan untuk memberikan pertolongan
kepada fihak lain,
tanpa mengharapkan imbalan apapun juga. Kedua,
orang tersebut memiliki kesadaran atas kebaikan yang telah pernah
diterimanya dan berusaha untuk berbuat baik
kepada fihak tersebut dengan lebih besar daripada kebaikan yang pernah
diterimanya. Sesungguhnya, adalah satu
perbuatan baik yang dapat cepat mengubah karma seseorang apabila ia dapat
mengingat jasa kebaikan orang lain,
memberikan penghormatan yang selayaknya serta membalas kebaikan mereka.
5. Veyyãvaccamaya:
membantu dan bersemangat dalam
melakukan hal yang patutPerbuatan baik tidak berarti hanya berusaha menghindari
kejahatan dengan melatih kemoralan.
Menghindari melakukan kejahatan adalah salah satu bentuk perbuatan baik
yang dikategorikan kebaikan pasif. Sebutan ini
diberikan karena sifat perbuatan baik tersebut dilakukan dengan
usaha menahan diri untuk tidak
mengerjakan sesuatu (kejahatan).
Selain itu, ada pula perbuatan baik
secara aktif. Maksud perbuatan baik jenis ini adalah seseorang didorong secara
aktif dan terus menerus untuk
melakukan kebajikan sesuai dengan tuntunan Ajaran Sang Buddha. Banyak
disebutkan
dalam Dhamma tentang anjuran
melakukan kebajikan. Anjuran untuk menolong mahluk lain, berdana, mengembangkan
kejujuran serta masih banyak lagi
bentuk perbuatan baik lainnya. Selain melakukan sendiri, seseorang hendaknya
juga
mau menganjurkan orang lain melakukan
kebajikan yang sama dengan yang telah dilakukannya sendiri. Perbuatan
ini dapat digolongkan sebagai berdana
Dhamma. Bukankah dalam Dhammapada XXIV,21 disebutkan bahwa pemberian
Dhamma dapat mengalahkan segenap pemberian
lainnya
6. Patidãnamaya: melimpahkan jasa baik kita
Walaupun dalam Hukum Sebab dan Akibat
disebutkan bahwa si pelaku akan memperoleh buah perbuatannya sendiri,
perbuatan baik ternyata dapat
dilimpahkan jasanya. Proses ini digambarkan dengan seorang anak yang menuntut
ilmu di kota lain memberitakan kabar
kelulusannya kepada orangtuanya di kota kelahirannya. Mendengar
kabar gembira ini, ayah dan ibunya tentunya
akan merasakan kebahagiaan.
Padahal apabila direnungkan, si anak
yang lulus tetapi mengapa orangtuanya juga merasakan kebahagiaan?
Inilah yang disebut muditã citta atau ikut
bergembira atas kebahagiaan yang dirasakan oleh orang lain
(Vibhangga 272 & 642). Muditã citta adalah
termasuk melakukan salah satu karma baik lewat pikiran.
Oleh karena itu, kondisi sedemikian
inilah yang dimunculkan oleh seorang umat Buddha apabila melimpahkan jasa
kebaikan
yang dilakukannya kepada sanak
keluarganya yang sudah meninggal. Sanak keluarga yang meninggal adalah seperti
orangtua yang tinggal di luar kota
(pada perumpamaan di atas), mereka akan ikut berbahagia atas kebajikan
yang dilimpahkan kepadanya.
Kebahagiaan ini berarti penimbunan karma baik lewat pikiran.
Apabila pelimpahan jasa ini sering
dilakukan, berarti makin banyak memberi kesempatan para leluhur menanam
kebajikan
. Akibatnya, apabila karma baik yang
ditimbunnya sudah cukup, meninggallah mereka dari alamnya dan terlahir di alam
yang lebih baik.Dengan demikian, pelimpahan
jasa ini akan banyak memberikan manfaat. Pertama, manfaat didapat
oleh si pelaku kebajikan sendiri. Kedua, para
leluhur pun ikut menikmati kebajikannya sehingga memberikan
kondisi terlahir di alam yang lebih baik.
Ketiga, si pelaku dapat mengurangi
keakuan, sebab semua kebajikan yang dilakukan diatasnamakan para leluhur.
Keempat, obyek perbuatan baik yang
menerima kebajikan juga akan memperoleh kebahagiaan. Minimal empat
manfaat itulah yang dapat dirasakan
dalam proses pelimpahan jasa. Oleh karena itu, dengan seringnya melakukan
pelimpahan jasa akan mengkondisikan penanaman karma baik yang cukup
banyak pula untuk semua fihak.
7. Pattãnumodãnamaya:
menerima dan bergembira atas perbuatan
baik orang lainRasa berbahagia atas kebahagiaan yang didapatkan fihak lain,
muditã citta, bukan hanya diperlukan untuk
para leluhur yang sudah meninggal saja. Sikap pikiran yang baik ini hendaknya
juga dimiliki oleh orang yang masih hidup. Hal
ini karena sikap pikir ini jelas-jelas merupakan karma baik. Kebanyakan
, orang merasa iri hati dengan
kebahagiaan orang lain ataupun tidak senang apabila orang lain mempunyai
kesempatan berbuat baik.
Perasaan ini muncul karena sebagai
orang yang belum mencapai kesucian, seseorang masih diliputi oleh ketamakan,
kebencian dan kegelapan batin. Oleh karena
itu, agar memperoleh ketenangan hidup dan sekaligus untuk menambah
perbuatan baik, perasaan iri ini harus
dikendalikan bahkan kalau dapat dimusnahkan. Cara memusnahkannya adalah
dengan menyadari bahwa segala suka dan duka
yang dialami seseorang adalah buah dari perbuatannya sendiri.
Kesempatan berbuat baik dan
kebahagiaan yang dialami seseorang adalah karena buah karma baiknya sendiri.
Apabila seseorang sering menambah kebajikan,
tentu saja kesempatan berbahagia semakin besar diperolehnya.
Sebaliknya, penderitaan yang dialami seseorang
juga akibat buah karma buruknya. Dengan demikian, seseorang
hendaknya menghindari melakukan
perbuatan yang tidak benar agar terhindar dari penderitaan.Dengan pengertian
akan Hukum Sebab dan Akibat ini maka
akan musnahlah iri hati dengan kebahagiaan orang lain; serta merasa
sombong ketika melihat penderitaan orang lain.
8. Dhammasavanamaya:
mendengarkan DhammaSebagai seorang umat
Buddha, seseorang wajib datang ke vihara mengikuti puja bhakti.
Hal ini perluditegaskan di sini karena banyak
manfaat yang diperoleh dari mengikuti puja bhakti. Pertama, sewaktu
membaca ulang kotbah-kotbah Sang Buddha
(Paritta) seseorang harus mempergunakan konsentrasi pikirannya.
Dengan konsentrasi, maka ia akan
terbebas dari pikiran yang buruk. Selama membaca Paritta pikirannya dapat
diarahkan
menuju ke kebaikan. Kedua, jika di kemudian
hari seseorang dapat mengerti makna Paritta yang dibacanya, ia akan
memperoleh pedoman hidup yang tiada taranya.
Pedoman yang sederhana, mudah dilaksanakan dan membimbing
orang untuk lebih percaya diri.
Ketiga, di vihara seseorang diberi
kesempatan untuk melatih meditasi yang merupakan salah satu sarana mengendalikan
pikiran.
Dengan pikiran terkendali, niatan
melakukan perbuatan jahat dapat dikikis sedangkan niat berbuat baik dapat
dipupuk.
Keempat, di vihara seseorang memiliki
kesempatan mendengarkan Ajaran Sang Buddha. Seperti yang telah
diketahui bahwa Dhamma yang telah
dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Buddha adalah merupakan bekal penting
dalam kehidupan.
Inti sari Ajaran Sang Buddha adalah
menumbuhkan sikap yang benar dalam menghadapi perubahan dalam hidup.
Sebab orang sering kecewa dengan
kenyataan hidup. Segala sesuatu yang diinginkannya tidak tercapai, sebaliknya
hal yang diperoleh justru bukan yang
diinginkannya. Mendengarkan Dhamma adalah ibarat memberikan tenaga
tambahan pada batin seseorang yang
mungkin lelah dalam menghadapi kenyataan hidup. Mendengarkan
Dhamma menjadi penting karena banyak
manfaat yang diperoleh. Kitab Anguttara Nikaya III, 248
disebutkanbeberapa manfaat
mendengarkan Dhamma, yaitu:
1. Memperoleh pengertian yang belum
pernah didengar sebelumnya
2. Memperjelas hal yang telah pernah
didengar sebelumnya
3. Menghilangkan keraguan tentang hal
yang telah pernah didengar
4. Memberikan pengertian yang benar
5. Menimbulkan pikiran yang jernih,
terang dan bahagiaMengingat cukup banyak manfaat datang ke vihara mengikuti
puja bhakti
, maka jelas sudah tidak akan ada lagi keraguan untuk melaksanakannya.
9. Dhammadesanãmaya:
memberikan kotbah DhammaAjaran Sang
Buddha yang telah pernah di dapat baik dari vihara maupun dari sumber-
sumber lainnyahendaknya dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan Dhamma ini jauh lebih
penting daripada hanya sekedar
menghafalkannya.
Dengan mencoba menjalankan Ajaran
Sang Buddha, seseorang akan dapat merasakan manfaat langsung.
Merasakan manfaat Dhamma secara nyata ini
hendaknya menjadi semangat untuk menceritakan dan mendorong
orang lain agar melaksanakan Dhamma dengan
baik pula. Dalam pengertian Buddhis, seseorang dihargai bukan
karena banyaknya Dhamma yang
dipelajari dan dimengerti tetapi adalah dari seberapa banyak Dhamma yang telah
dilaksanakan dalam hidupnya.
10. Ditthujukakamma:
membenarkan pengertian salahPerbuatan
baik yang kesepuluh ini adalah kelanjutan dari uraian yang kesembilan di atas.
Seseorang pada saat akan membagikan
pengalaman Dhamma, hendaknya memiliki tujuan. Salah satu tujuan pokok
adalah untuk memberikan pengertian
yang benar akan hakekat kehidupan. Cukup banyak pengertian yang tidak tepat
yang beredar dalam masyarakat.
Misalnya, tentang pengertian nasib yang tidak dapat diubah sama sekali atau
cara
mengubah nasib yang kurang sesuai.
Akan menjadi tugas bersama para umat
Buddha untuk memberikan pengertian benar dengan berlandaskan cinta kasih.
Kasihanilah mereka yang masih belum
mengerti. Janganlah mereka dimusuhi. Berilah kesempatan kepada mereka
untuk meningkatkan kualitas dirinya. Dengan
memiliki pola pikir demikian akan membangkitkan semangat para
umat Buddha membagikan Dhamma secara
bijaksana dan penuh cinta kasih serta kesabaran.
Tindakan ini jelas-jelas akan
menjadikan peningkatan karma baik kedua belah fihak secara maksimal.
Pada akhirnya, mereka yang memupuk karma baik
yang terbanyaklah yang akan segera mendapatkan kebahagiaan.

Comments
Post a Comment