PERJALANAN DAN AJARAN DEWA KWANKONG DAN DEWI KWAM IN


KWAN KONG – BODHISATTVA SATYAKALAMA
Guan sheng di jun (Hokkian:Kwan Seng Tek Kun) atau yang lebih dikenal sebagai Guan Gong (Kwan Kong) adalah seorang jenderal terkenal yang hidup pada zaman tiga negara (Sam Kok – 219 M). beliau lahir di He Dong (sekarang Jie Zhou), propinsi Shan Xi, dan bernama asli Guan Yu alias Guan Yin Zhang.
Kwan Kong telah mencapai kesempurnaan dengan gelar Bodhisattva Satyakalam, Guan Sheng Di Jun (Kwan Seng Tek Kun). Dalam Agama Buddha, gelar Di Jun (Tek Kun) adalah setingkat dengan Bodhisattva. Bodhisattva pria biasanya bergelar Di Jun. Sedangkan Bodhisattva wanita bergelar Pho Sat. Kwan Kong juga bergelar Fu Mo Da Di (Bodhisattva Penakluk Mara), Guan Fa Li Zu (Bodhisattva Penegak Hukum). Ada umat yang bertanya: dari mana kita tahu bahwa Dewa Kwan Kong telah mencapai Bodhisattva? Perlu kita ketahui bahwa perbedaan utama antara Bodhisattva dengan Dewa adalah: Bodhisattva bersifat internasional (Diakui seluruh dunia), sedangkan Dewa bersifat lokal (kedaerahan). Contoh: Kwan Im Pho Sat yang dikenal sebagai dewi Kwan Im, adalah Bodhisattva. Beliau di hormati (diakui) diseluruh dunia, bahkan orang Baratpun mengenalnya sebagai Goddes of Mercy. Dimana ada Wihara/Kelenteng, disitu pasti ada arca Kwan Im Pho Sat. San Bao Da Ren (Sam Po Tai Jin) adalah Dewa, beliau dihormati di Indonesia khususnya Jawa Tengah, arcanya hanya terdapat di beberapa kelenteng saja.
Kwan Kong bersifat Internasional, diakui seluruh dunia. Arca Kwan Kong terdapat di Wihara/Kelentang di berbagai belahan dunia. Bahkan Kwan Kong adalah salah satu Dewata yang dipuja oleh ketiga agama (Sam Kauw) sekaligus. Kaum Buddhist menganggapnya sebagai Dewata Pelindung Kuil dan Bangunan-bangunan suci (Salah satu dari Ke Lan Seng Ciong Pho Sat). Kaum Taoist menghormatinya sebagai Malaikat Pelindung Peperangan. Sedangkan kaum Confusianist memujanya sebagai orang suci dan teladan dalam hal setia, pri kebenaran dan keberanian. Sepanjang kekaisaran Tiongkok dan pada dinasti Qing, Kwan Seng Tee Kun amat dipuja bersama-sama Kwan Im Hut Co. Beliau adalah Dewata Utama Pelindung Kerajaan.
Gambar dan arcanya populer dengan ujud Beliau duduk membaca kitab Hikayat zaman Chun Chiu (salah satu dari lima kitab klasik). Bersama 4 dewata pendidikan lainnya beliau dipuja sebagai 5 dewata pendidikan (Ngo Bun Ciang). Rakyat pada umumnya memujanya sebagai dewata sipil dan militer (Bun Bu Seng Sin) dan salah satu dari Dewata Harta (Cay Sin). Bersama anak angkatnya Koan Phing, dan pengawalnya Ciu Chong yang setia, Beliau banyak dipuja baik di kelenteng maupun di rumah-rumah.
Dalam kisah tiga negara (Sam Kok) Kwan Kong adalah seorang Jenderal yang bernama Guan Yi (Kwan Yi). Lalu bagaimana Jendral Kwan Yi (Kwan Kong) bisa menjadi Bodhisattva? Seperti kita ketahui, Bodhisattva adalah seorang pembina diri yang penuh dengan cinta kasih. Sedangkan seorang jendral di jaman peperangan pastilah banyak membunuh orang. Ini adalah hal yang amat kontradiktif. Namun perlu kita ketahui bahwa seseorang bisa menjadi Bodhisattva bila ia memiliki suatu kepribadian luhur yang luar biasa. Kepribadian luhur Jendral Kwan Kong yang luar biasa adalah Kesetiaan dan Peri Kebenaran.
Berikut adalah intisari dan kepribadin luhur dari sejarah hidup Kwan Kong dalam kisah Sam Kok (kisah tiga negara).
1.       Setia kepada Negara
pada suatu peperangan, Kwan Kong sendirian dikurung oleh ratusan prajurit musuh (Chao-Chao). Namun beliau tidak takut mati, tetap tidak mau menyerah kepada kepada Chao-chao. Malah mengajukan 3 syarat: 1.takluk kepada kerajaan Han, bukan kepada Chao-chao. 2.keluarga Lauw Pie (isteri Lauw Pie) dijamin kemanannya, 3.bila telah mendengar keberadaan Lauw Pie, Kwan Kong diperbolehkan bergabung kembali dengan kakaknya. Chao-chao dengan sangat terpaksa menerima ketiga syarat ini (Coba kita pikir: mana ada orang yang menyerah, tapi mengajukan 3 syarat???). kemudian Kwan Kong tinggal di istana Chao-chao selama 12 tahun, namun beliau tetap setia kepada Dinasti Han dengan prinsip patriotic:menyerah kepada Han, bukan Chao.
2.       Menjaga norma susila
Kwan Kong menjaga keselamatan kedua kakak ipar selama 12 tahun, ditemani lilin membaca kitab sastra Chun Chiu. Tak berani meninggalkan kakak ipar, karena takut mereka mendapat bahaya. Saat kedua kakak ipar tidur, Kwan Kong tidak tidur dan menjaga di luar kamar, mempersiapkan golok untuk menjaga keselamatan kedua kakak ipar. Sebenarnya Chao telah membangun istana yang megah untuk Kwan Kong, namun Beliau tak mau tinggal di dalamnya, karena senantiasa mengkhawatirkan kedua kakak iparnya. Lalu Chao dengan licik mengatur Kwan Kong tinggal dengan kedua kakak iparnya dalam satu atap yang sama, ingin melihat Kwan Kong bisa menjaga norma susila. Kalau melanggar berarti kegagahan Kwan Kong telah lenyap di tangan Chao, dan tidak ada muka untuk kembali kepada Lauw Pie. Tapi taktik Chao tidak berhasil. Selama 12 tahun Kwan Kong berhasil menjaga Norma Susila. Manusia adalah makhluk yang berperasaan, orang yang tinggal bersama selama 12 tahun pasti ada perasaan. Namun Kwan Kong bisa menjaga kesucian. Sungguh luar biasa! Hawa ksatria membumbung tinggi ke angkasa, sepanjang sejarah manusia tiada orang kedua (along the history there was no the second man).
3.       Tidak tergiur akan kesenangan
Chao-chao melayani Kwan Kong dengan 3 hari 1 pesta kecil, 5 hari 1 pesta besar, dengan siasat lembut ingin menaklukkan hati Kwan Kong agar mau mengabdi kepadanya. Karena Chao-chao melihat Kwan Kong menjaga Lauw Pie selama berperang, dengan penuh penderitaan, letih, tiap saat terancam bahaya. Namun Kwan Kong tetap setia kepada Lauw Pie, hatinya tidak tergerak dengan pesta-pesta tersebut.
4.       tidak silau akan nama dan harta
Kwan Kong dilantik sebagai Sou Ting Hou (panglima laskar tertinggi angkatan perang), naik kuda diberi emas, turun kuda diberi perak. Chao chao sangat pintar menjilat/mengambil hati: setiap Kwan Kong turun dari kuda ada pengawal yang memberi sekantung perak. Tetapi Kwan Kong tidak bergeming, tidak serakah akan harta (Coba kalau kita tukar posisi; misalnya setiap mau naik mobil diberi emas, begitu turun dari mobil diberi sekantung perak. Jika kita serakah, ingin mendapat harta yang berlimpah dengan mudah, maka kita setiap hari pekerjaannya hanya naik dan turun mobil saja). Chao merasa kesal, apakah emas dan perak saya palsu?karena di otak Chao chao, di dunia ini tidak ada orang yang tidak bisa ditaklukkan dengan 4 Ta: harta (emas dan perak), tahta (kedudukan tinggi:Sou
TingHou),wanitcantiK(chaochao mengirimkan puluhan wanita cantik kepada Kwan Kong, tetapi beliau tidak merasa tertarik sama sekali, malah diserahkan untuk melayani kedua kakak iparnya. Ada pepatah Tiongkok yang mengatakan, Ying Xiong Nan Guo Mei Ren Guan, yang berarti seorang pahlawan sukar melewati gerbang ujian wanita cantik. Pepatah ini sudah banyak terbukti di berbagai negara dari zaman ke zaman. Antara lain: pada Zaman Sam Kok ini ada seorang pahlawan lain yang sangat luar biasa hebat, yaitu jenderal Lu Pu (Lu Po). Pernah pada suatu pertempuran Lu Po ini dikeroyok oleh Lauw Pie, Kwan Kong dan Tio Hui (3 saudara) sekaligus. Tetapi pertempuran ini berlangsung seimbang. Jendral Lu Po yang hebat tidak bisa dikalahkan di medan pertempuran, tapi ia ditaklukkan oleh .......... wanita yang cantik, yaitu Tiao Xian. Namun pepatah ini tak berlaku untuk Kwan Kong, yang tidak bisa ditaklukkan oleh wanita cantik). Ta yang keempat jamuan pesta. Namun semua cara Chao Chao untuk menaklukkan KwanKong gagal total. Kwan Kong tak bergeming, tetap setia kepada Lauw Pie!
5.tidak mengharap yang baru dan membuang yang lama
chao chao memberikan hadiah jubah merah yang dilapisi permata kepada Kwan Kong. Namun oleh Kwan Kong jubah merah (Baru) tersebut dipakai di dalam, sementara jubah hijau pemberian dari Lauw Pie yang sudah lama, robek dan lusuhu dipakai di luar. Melihat hal ini Chao Chao merasa amat heran, lalu bertanya kepada Kwan Kong mengapa demikian? Lalu Kwan Kong menjawab, jubah merah yang baru pemberian dari Chao Chao di pakai di dalam adalah sebagai tanda Kwan Kong menghormat Chao Chao. Sementara jubah hijau yang sudah lama dan lusuh tapi dipakai diluar adalah sebagai tanda bahwa Kwan Kong senantiasa mengingat kakak angkatnya, Lauw Pie!
6. tidak melupakan kesetiaan persaudaraan
pada saat menerima kabar dari kakaknya Lauw Pie, Kwan Kong segera mohon pamit              kepada Chao-Chao, tapi Chao Chao sengaja tidak mau bertemu, mengantung plat di depan kamar: tidak menerima tamu! Tetapi Kwan Kong tidak terbelenggu oleh budi awam, lalu mengembalikan semua emas dan perak yang telah diterimanya, juga stempel kebesaran Sou Ting Hou. Kemudian Kwan Kong meninggalkan istana Chao Chao untuk pergi ribuan kilometer mencari kakak angkatnya, Lauw Pie.
7. Melupakan aku, tidak memperdulikan keselamatan sendiri
Chao chao begitu mengetahui kaburnya Kwan Kong dari istananya, menurunkan perintah:jika tidak bisa menahan Kwan Kong, lebih baik bunuh saja! Kwan Kong sendirian dengan membawa dan melindungi kedua kakak iparnya berhasil menerobos 5 benteng dan membunuh 6 jendral. Sungguh luar biasa!!! Akhirnya Kwan Kong yang sudah amat letih berhasil bertemu dengan Lauw Pie dan Tio Hui, kakak dan adik angkatnya. Kesetiaan dan peri kebenaran Kwan Kong sungguh tak tertandingi, sepanjang sejarah manusia hanya ada 1 orang. Beliau berhasil mempertahankan kepribadian luhur Gang Zheng: ksatria, adil, jujur, teguh, berintegritas, dan gagah berani, akhirnya mencapai kesempurnaan sebagai Maha Bodhisattva Kumala Raja.
Bersama ini menghimbau umat agar waktu sembahyang kepada Kwan Kong, tidak menggunakan daging sebagai persembahan, tapi hanya menggunakan buah-buahan atau kue (vegetarian). Ingat, Beliau telah mencapai Bodhisattva dengan gelar Bodhisattva Satyakalama (Kwan Seng Tek Kun).

SEJARAH SINGKAT BODHISATTVA SANGHARAMA/GUAN YU
Sebagian besar orang bisa saja tidak mengenal nama Bodhisattva Sangharama, tetapi begitu melihat citra rupang seorang jenderal gagah perkasa dengan jenggot panjang indag bergemulai dan paras muka merah lebam berkilau, maka mereka pasti akan langsung tahu. Ya, Bodhisattva Sangharama adalah Guan Yu alias Guan Gng (Kwan Kong).
Siapa tidak tahu Guan Yu? Banyak orang mengetahuinya dari cerita Sam Kok (kisah tiga negara) dan game Dynasty Warrior. Namum, tahukah kita bagaimana latar belakang Guan Yu hingga dinobatkan sebagai Dharmapala (pelindung Dharma) dalam tradisi Mahayana Tiongkok?
Guan Yu (160-219 M), alias Yun Chang, lahir pada tanggal 24 bulan 6 Imlek, adalah penduduk asal Jiezhou, Hedong (sekarang Yuncheng, Propinsi Shanxi). Sejak kecil dididik dalam bidang kesusastraan dan sejarah. Beliau sangat menggemari kitab sejarah Chunqiu (musim semi dan gugur) dan Zuozhuan (kitab sejarah karya Zuo Qiuming). Guan Yu memiliki 3 anak: Guan Ping, Guan Xing  dan Guan Suo. Salah satu watak sitimewa yang dimiliki Guan Yu adalah jiwa setia dan ksatria, beliau berani membela yang lemah dan tertindas. Tahun 184, Guan Yu melarikan diri dari kampung halamannya setelah membunuh orang demi membela kaum yang lemah. Beliau menuju wilayah Zuo, kemudian berkenalan dengan Liu Bei dan Zhang Fei. Liu Bei adalah anggota keluarga kaisar kerajaan Han yang sedang merekrut prajurit untuk membasmi pemberontakan sorban kuning. Karena memiliki cita-cita yang sama, maka mereka bertiga menjalin tiga persaudaraan yang dikenal dengan sebutan tiga pertalian setia taman bunga persik. Semenjak itu, mereka bertiga berkomitmen sehidup semati memperjuangkan cita-cita penegakan hukum demi membersihkan kerajaan Han dari gerogotan korupsi dan pengkhianatan.  
Namun kerajaan Han yang telah berdiri kokoh selama 400 tahun itu akhirnya terpecah menjadi 3 kerajaan, yang mana Liu Bei sebagai salah satu anggota keluarga kerajaan yang menyatakan diri sebagai penerus Dinasti Han. Era inilah yang kemudian di kenal dengan sebutan San Guo (Sam Kok-tiga negara). Perjuangan keras tiga bersaudara Taman Bunga Persik untuk mempersatukan Tiongkok tidak berhasil. Begitulah hingga usia 60 tahun, Guan Yu bersama puteranya, Guan Ping, akhirnya gugur dalam pertempuran.
Meskipun demikian, rasa hormat terhadap Guan Yu tidak serta merta lenyap seiring dengan gugurnya pahlawan berparas merah lebam ini. Keberanian, kesetiaan dan jiwa ksatria beliau menjadi kisah harum dalam masyarakat Tionghoa selama turun temurun. Selain itu, dalam kalangan spiritual, dikenal pula kisah perjodohan Guan Yu dengan ajaran Buddha, sebuah ajaran kebenaran sejati yang menembus kepekatan misteri dimensi ruang dan waktu. Ya, Guan Yu menjadi siswa Buddha setelah beliau gugur.

Awal mula sebagai pelindung Dharma
Kisah berikut ini terjadi beberapa ratus tahun setelah gugurnya Guan Yu. Berdasarkan catatan sejarah Buddhis – Fozhu Tongji, pada tahun 592 M, (dinasti Sui, era Kai Huang ke-12), disebutkan bahwa pada suatu malam, langit tiba-tiba menjadi cerah, bulan terlihat jelas sekali, Guan Yu bersama Guan Ping dan sekelompok makhluk gaib muncul di hadapan Master Tripitaka Zhiyi (pendiri aliran Tiantai Tiongkok) yang sedang bermeditasi dibukit Yuquan. Guan Yu berkata ”Saya Guan Yu dari era akhir Dinasti Han. Ini adalah putra saya, Guan Ping. Kami terus berkelana setelah meninggal. Yang arya, dengan tujuan apakah anda datang ke sini? Master Zhiyi menjawab, ”Aku datang kesini untuk mendirikan vihara.”
Guan Yu menjawab, ”Yang Arya, ijinkanlah kami untuk membantumu. Tidak jauh dari sini, terdapat lahan yang kokoh tanahnya. Saya dan putra saya dengan senang hati akan membangun vihara disana untuk anda. Mohon lanjutkan meditasinya, vihara akan selesai dalam waktu 7  hari saja.” Setelah Master Zhiyi selesai meditasi, terlihat sebuah vihara yang sangat indah muncul persis di tempat yang ditunjukkan oleh Guan Yu. Vihara itu kemudian diberi nama Vihara Yuquan.
Suatu hari Guan Yu datang ke Vihara Yuquan untuk mendengarkan Master Zhiyi membabarkan Dharma, setelah itu beliau memohon untuk dapat menjadi siswa Buddha dengan menerima Trisarana dan Pancasila Buddhis. “Aku sangat beruntung mendapat kesempatan mendengarkan Dharmad dan beraspirasi mempraktikkan Jalan Bodhi (pencerahan) mulai dari sekarang. Mohon ijinkanlah saya untuk menerima sila dari anda,” demikian ucap Guan Yu kepada Master Zhiyi. Master Zhiyi kemudian membangun sebuah kuil untuk Guan Yu di sebelah Barat Daya Vihara. Sebuah batu ukiran yang bertajuk tahun 820 M di Vihara Yuquan mengisahkan tentang pertemuan antara Guan Yu dan Zhiyi tersebut.
Selain kisah diatas, ada versi lain tentang kisah bagaimaa Guan Yu menjadi seorang pemeluk agama Buddha. Dikatakan bahwa pada suatu malam Guan Yu menemui Bhiksu Zhikai, murid dari Tiantai Master Zhiyi, dan menerima Trisarana dari Bhiksu Zhikai. Kemudian Bhiksu Zhikai melaporkan perjumpaannya dengan Guan Yu tersebut kepada Yang Guang, Pangeran Jin (yang kelak akan dikenal sebagai Kaisar Sui-Yang Di). Pangeran Yang Guang memberikan Guan Yu gelar ”Sangharama Bodhisattva”. Itulah asal muasal dari mana gelar Sangharama diberikan kepada Guan Yu.
Pada kisah lainnya, seperti dalam catatan Kisah Tiga Negara (San Guo Yan Yi), Guan Yu muncul dihadapan Bhiksu Pujing di malam sat gugur karena dipenggal oleh pihak Sun Quan, Raja Wu. Tubuhnya dikubur di dekat Bukit Yuquan yaitu di JingZhou. Di sela-sela kegalauan atas kehilangan kepala, raga halus Guan Yu bergentayangan mencari kembali kepalanya. Bhiksu Pu Jing dengan kekuatan batinnya melihat Guan Yu turun dari angkasa penunggang kuda sambil menggenggam golok besar Naga Hijau, bersama dengan 2 pria, Guan Ping dan Zhou Cang. Semasa hidupnya saat dalam pelarian dari kubu Cao Cao, Guan Yu pernah ditolong oleh Pu Jing di vihara Zhen-guo. Lalu Bhiksu Pu Jing memukul pelana kuda dengan kebutan cambuknya seraya berkata, ”Dimana Yun Chang?” seketika itu juga Guan Yu tersadarkan.
Guan Yu kemudian memohon petunjuk untuk dapat terbebas dari kegelapan pengembaraan batin. Pu Jing memberi nasihat, “Dulu salah atau sekarang benar tak perlu dipersoalkan lagi, karena terjadi pada saat sekarang tentunya ada sebab pada masa lalu.” Pu Jing lalu melanjutkan, “sekarang engkau meminta kepalamu, menuntut atas kematianmu di tangan Lu Meng, namun kepada siapa Yan Liang, Wen Chou dan penjaga lima perbatasan serta banyak lagi yang lainnya yang telah kamu bunuh, meminta kembali kepala mereka?” kata-kata Pu Jing itu terasa sangat menyentak.
Setelah tersadarkan dari kegalauannya, Guan Yu lalu menjadi pengikut Buddhis. Sejak itu Guan Yu sering muncul melindungi masyarakat di sekitar Bukit Yuquan. Sebagai rasa terima kasih kepada Guan Yu, para penduduk membangun Vihara dipuncak Bukit Yuquan.
Gubuk rumput tempat tinggal Pu Jing kemudian dibangun menjadi Vihara Yuquan. Vihara Yuquan ini didirikan pada abad ke 6 M dan didalamnya ada aula Sangharama. Ini adalah salah satu tempat pemujaan Guan Yu yang tertua, juga merupakan Vihara tertua di Dangyang. Tempat penampakan raga halus Guan Yu ditandai dengan sebatang pilar batu yang dituliskan: “Disini tempat Guan Yun Chang dari dinasti Han menampakkan diri.” Pilar batu itu adalah hadiah dari Kaisar Wan Li masa dinasti Ming dan masih bisa dilihat sampai sekarang. Dalam sutra Saptabuddha Ashtabodhisattva Maha Dharani Sutra (sutra tentang Mantra Sakti Mahadharani yang dibabarkan 7 Buddha dan 8 Bodhisattva) tercatat bahwa ada 18 Sangharama (Qielan Shen) sebagai pelindung lingkungan vihara, yaitu: Meiyin, Fanyin, Tian’gu, Tanmiao, Tanmei, Momiao, Leiyin, Shizi, Miaotan, Fanxiang, Renyin, Fonu, Songde, Guangmu, Miaoyan, Cheting, Cheshi, dan Bianshi.
Guan Yu sendiri bukanlah sosok yang tercatat dalam sutra Mahayana sebagai Sangharama. Sangharama sendiri mengandung pengertian sebagai tempat tinggal anggota Sangha, atau lebih umum dikenal sebagai Vihara. Secara etimologi, istilah Sangharama telah dikenal sejak masa kehidupan Buddha. Selain 18 dewa Sangharama yang telah disebutkan di atas, dua tokoh yang dianggap sebagai pelindung utama Sangharama adalah Anathapindika dan Pangeran Jeta, penyokong Vihara Jetavanarama pada masa kehidupan Buddha.
Secara kualitatif, Guan Yu memiliki pengabdian yang setara dengan para pelindung Sangharama, pun karena memiliki komitmen yang besar untuk melindungi lingkungan Vihara, maka tidaklah mengherankan bila kemudian diapresiasi secara khusus oleh Mahayana Tiongkok sebagai Bodhisattva Sangharama. Ada juga yang menyebutnya Bodhisattva Satyadharma Kalama.
Di kalangan Mahayana Tiongkok, Guan yu sering ditampilkan berdiri berpasangan dengan Dharmapala Veda (Weituo Pusa) yang juga merupakan pelindung Dharma. Keduanya mendampingi rupang Buddha atau Avalokitesvara.

Pemujaan Guan Yu Hingga ke Tibet
Pemujaan Guan Yu juga meluas sampai ke Tibet (terutama di aliran Gelugpa dan Nyingmapa). Altar beliau ada di Vihara-vihara Tibet, seperti Mahavihara Tsurphu, sejak kunjungan Maha Ratna Dharmaraja Karmapa V ke Tiongkok atas undangan Kaisar Yong Le. Dulu di Tibet, Guan Yu sebagai Sangharama dikenal dengan nama Karma Hansheng.
Di Tibet dan Mongolia, pemujaan Guan Di (Dewa Guan Yu) diasosiasikan sebagai raja Gesar dari Ling yang terkenal merupakan emanasi guru Padmasambhava. Pengasosiasian tersebut dimulai sejak zaman Dinasti Qing (Manchu). Lobsang Palden Yeshe, Panchen Lama ke 6 (1738-1780 M) adalah yang pertama kali mengatakan bahwa Guan Di adalah Gesar. Oleh karena itu Guan Di Miao (kuil Guan Gong)di Lhasa disebut juga dengan nama Gesar Lhakhang. Ada juga yang percaya bahwa Guan Di dan Gesar adalah inkarnasi masa lalu dari Panchen Lama.
Guan Gong dipandang sebagai Dewa Pelindung Dinasti Qing, sedangkan ajaran Vajrayana Buddhis sekte Gelug adalah agama yang dianut anggota kerajaan Dinasti Qing. Demikianlah Guan Gong (Yang Mulia Guan Yu) dihormati baik oleh kalangan Mahayana maupun Vajrayana (Tantrayana) sebagai Bodhisattva Dharmapala (Pelindung Dharma). Bahkan dalam kepercayaan masyarakat, diyakini Guan Gong kelak akan menjadi seorang Buddha bernama Ge Tian (Ge Tian Gu Fo).

Pemujaan di kalangan umat Tao dan Kong Hu Cu
Pemujaan Guan Yu luas di kalangan umat Tao dan Konghucu sebagai Guansheng Dijun, Guan Gong, dan Guan Di. Penghormatan ini tampak nyata sekali dibanyak kelenteng. Sejak dinasti Song para Taois memuja Guan Yu sebagai Dewata Pelindung Malapetaka Peperangan, sedang umat Konghucu menghormati sebagai dewa kesusastraan Wenheng Dadi.
Pemujaan Guan Gong mulai meluas di kalangan Taois pada abad ke 12 M. Menurut sejarawan Boris Riftin dan Barend J. Ter Haar, pemujaan Guan Yu dikalangan Buddhis lebih awal daripada dikalangan Taois.
Pemujaan ini mulai popular pada masa dinasti Ming. Guan Di dupuja karena kejujuran dan kesetiaannya, pun dipandang sebagai dewa pelindung perdagangan, dewa pelindung kesusasteraan dan dewa pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan. Julukan dewa perang yang umumnya dialamatkan kepadan Guan Di, harus diartikan sebagai dewa yang mencegah terjadinya peperangan dan segala akibatnya yang menyengsarakan rakyat, sesuai dengan watak Guan Yu yang budiman. Dikalangan rakyat, Guan Yu juga dianggap sebagai Dewa Rejeki-Wuchai Shen.
Bagaimana mungkin Guan Yu sebagai seorang jendral yang sering berperang dan membunuh akhirnya dihormati sebagai Bodhisattva? Meskipun tampak kontradiktif, namun semua ini tak lebih hanyalah masa lalu yang telah sirna setelah disadarkan oleh nasihat Bhiksu suci. Penyadaran ini seperti halnya kisah kehidupan Angulimala dimasa kehidupan Buddha.

Sifat keteladanan Guan Yu
Meskipun pemujaan Guan Yu tersebar di berbagai kalangan, seperti lingkungan ibadah, kepolisian, bahkan hingga kalangan mafia yang konon dikatakan meneladani sikap kesetiakawanan Guan Yu, namun tidak berarti aspek negatif dari dunia mafia lalu dikaitkan dengan sosok Guan Yu. Ini hanyalah cermin kebebasan orang dalam memilih tokoh pemujaan. Terlepas dari hal ini, ada baiknya kita melihat sifat mulia yang tercermin dari sifat mulia yang tercermin dari sosok Guan Yu, yang bisa menjadi teladan bagi kita semua.

1. patriotis
2. menjaga norma susila
3. tidak tergiur akan kesenangan /kenikmatan
4. tidak silau akan nama dan harta
5. tidak mengharap yang baru dan membuang yang lama
6. tidak melupakan kesetiaan persaudaraan
7. berjiwa altruis (mementingkan orang lain)

Guan Yu bukan saja telah menjadi sosok yang identik dengan pemujaan spiritual, pun adalah penyatu kultur masyarakat Tiongkok dimanapun berada dan menjadi sebuah maskot tentang semangat pengabdian, kesetiaan, dan sikap lurus.

NASEHAT DEWA KWANKONG

·         Jangan membuat perbuatan yang membuat tuhan marah,karena terlahir sebagai manusia itu bukan hal yang mudah
·         Jangan takut apabila terdengar suara petir,apabila anda tidak melakukan perbuatan jahat
·         Jangan terlalu mendengar perkataan wanita,karena selalu kurang sisi kebaikannya
·         Jangan bermalas malasan dalam belajar dan bekerja,karena semua itu fondasi dalam membina keluarga di kemudian hari
·         Jangan lamban melayani sesame,karena akan merugikan anda
·         Jangan berperilaku yang tidak benar,agar anak cucu hidup dengan baik
·         Jangan malu saat berada di kegelapan,karena itu lakukan segala sesuatu lakukan dengan hati hati dan benar
·         Jangan peralat bawahan atau anak asuh,maka hidup akan selalu penuh keberuntungan
·         Jangan dekati orang jahat,karena sangat tidak baik melukai kaum yang lemah
·         Jangan melakukan rencana jahat,karena bisa membuat sulit kehidupan anak cucu
·         Jangan iri kepada orang kaya,karena kekayaan itu berkat pahalanya di kehidupan sebelumnya
·         Jangan menyimpan dan membaca buku porno,karena akan mencelakakan anak cucu
·         Jangan bersantai santai dalam rumah,karena ini contoh rakyat yang malas
·         Jangan menyiksa pembantu rumah,karena sama sama manusia juga
·         Jangan menciptakan sensasi hidup,karena akan terjatuh dalam jurang kesengsaraan
·         Jangan menirukan hidup foya foya karena akan jatuh miskin nantinya
·         Jangan bertindak secara arogan,bila banyak orang yang marah maka yang rugi adalah diri sendiri
·         Jangan ragukan hukum sebab akibat,karena akibatnya akan terlihat didepan mata
·         Jangan permainkan hukum Negara,karena akibatnya akan sangat berat
·         Jangan jauhi kampung halaman sebagai tanda hormat kepada leluhur
·         Jangan jauhi orang baik,karena bisa membantu kita keluar dari masalah
·         Jangan gunakan emosi dalam menyelesaikan masalah,karena penyesalan selalu datang terlambat
·         Berbicara jangan menyakiti hati orang,karena bisa mengurangi rezeki hidup
·         Jangan pandang rendah mereka yang miskin,pikirkan masa masa lalu anda
·         Jangan sia siakan pahala para leluhur,karena bisa datangkan bencana
·         Sesama saudara jangan saling menyakiti,karena sama sama berasal dari 1 ayah dan 1 ibu
·         Jangan lakukan pergaulan sesuka hati,kenali orang dengan baik
·         Jangan terlalu berangan angan,karena tidak ada gunanya
·         Jangan melukai kaum wanita,karena merekalah yang melahirkan dan menjaga anak
·         Jangan melakukan kejahatan,segeralah bertobat
·         Jangan melupakan para leluhur,jika tidak untuk apa menjadi anak cucu
·         Hubungan antar tetangga jangan dirusak,harusnya saling menghormati dan membantu
·         Jangan lakukan hal yang bukan menjadi kepentingan anda,agar terhindar dari masalah dan bencana
·         Jangan mengeluh karena miskin,untuk hidup kaya harus dimulai dari kerja keras
·         Jangan turut ikut campur perdebatan orang lain,karena akan melukai salah satu pihak
·         Jangan membuang kertas atau buku buku,karena semua itu benda berharga dunia
·         Dalam rumah tangga jangan kasih sayang tidak adil,karena bisa mendatangkan kabut dalam keluarga
·         Jangan menganggap remeh uang dan harga benda,karena semua itu diperoleh dengan tidak mudah
·         Jangan meminum alcohol karena bisa merusak tubuh
·         Jangan tergoda oleh kecantikan dan kenikmatan,karena balasan akan segera tiba
·         Jangan ada niat negative ,karena akan mendatangkan bencana
·         Jangan melawan orang tua,pikirkanlah karena tubuh ini adalah pemberian mereka
·         Jangan terlantarkan pekerjaan sendiri,sadarilah untuk apa anda berjuang
·         Jangan bawa permasalahan ke pengadilan,menangpun tidak ada untungnya
·         Jangan melihat buku porno,karena bagaikan memakan kotoran
·         Masa kecil jangan bermain tanpa batas,setelah dewasa apa yang bisa diperbuat
·         Jangan terlalu banyak membunuh sesama makhluk hidup karena semuanya memiliki nyawa juga
·         Jangan membuang buang makanan,karena makanan adalah sumber kehidupan



SIFAT DAN KARAKTER DEWA KWAN KONG BHODISATVA
1.setia kepada Negara
2.menjaga norma susila
3.tidak tergiur akan kesenangan
4.tidak silau akan nama dan harta
5.tidak mengharap yang baru dan membuang yang lama
5.tidak melupakan kesetiaan persaudaraan
6.melupakan aku,tidak memperdulikan keselamatan diri
7.mementingkan orang lain

 



KISAH SEJARAH PERJALANAN DEWI KWAM IM
Kwan Im pertama diperkenalkan ke Cina pada abad pertama SM, bersamaan dengan masuknya agama Buddha. Pada abad ke-7, Kwan Im mulai dikenal di Korea dan Jepang karena pengaruh Dinasti Tang. Pada masa yang sama, Tibet juga mulai mengenal Kwan Im dan menyebutnya dengan nama Chenrezig. Dalai Lama sering dianggap sebagai reinkarnasi dari Kwan Im di dunia.
Jauh sebelum masuknya agama Buddha, menjelang akhir Dinasti Han, Kwan Im Pho Sat telah dikenal di Tiongkok purba dengan sebutan Pek Ie Tai Su yaitu Dewi Welas Asih Berbaju Putih. Kwan Im (Hanzi:::;Pinyin: Guan Yin) sendiri adalah dialek Hokkian yang dipergunakan mayoritas komunitas Cina di Indonesia. Nama lengkap dari Kwan Im adalahKwan She Im Phosat (Hanzi::::, pinyin: Guan Shi Yin Pu Sa) yang merupakan terjemahan dari nama aslinya dalam bahasa Sanskrit,Avalokitesvara.


Nama Lain dewi kwam im
Kwan Im di Asia Timur, dikenal dengan berbagai nama. Akan tetapi “Kwan Im” atau “Kwan Tse Im” masih merupakan panggilan sederhana yang diberikan untuknya. Berikut adalah beberapa panggilan atau sebutan yang diberikan berdasarkan negara tertentu:
Di negara Jepang, Kwan Im Pho Satlebih dikenal dengan nama Dewi Kannon (::) atau secara resmiKanzeon (:::). Dalam bahasaKorea disebut Gwan-eum atauGwanse-eum, dalam bahasaThailand dikenal sebagai Kuan Eim(::::::) atau Prah Mae Kuan Eim(:::::::::), di Hongkong (propinsi Guang Dong); Kwun Yum atau Kun Yum, pelafalan ini berdasarkan bahasa Kanton, dan dalam bahasaVietnam, Quán Âm atau Quan Th: Âm B: Tát.

Dikemudian hari, Dewi Kwan Im, identik dengan perwujudan dari Buddha Avalokitesvara. Secara absolut, pengertian Avalokitesvara Boddhisatvadalam bahasa Sansekerta adalah :
Valokita (Kwan / Guan / Kwan Si / Guan Shi) yang bermakna “Melihat ke bawah atau Mendengarkan ke bawah”. Bawah di sini bermakna ke dunia, yang merupakan suatu alam (lokita).
Svara (Im / Yin) berarti suara. Yang dimaksud adalah suara dari makhluk-makhluk yang menjerit atas penderitaan yang dialaminya. Oleh sebab itu Kwan Im adalah Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang.
Dewi Kwan Im (Miao San ) lahir pada tanggal 19 bulan 2 tahun Kongcu – lik, pada jaman Kerajaan Ciu / Cian Kok pada tahun 403-221 Sebelum Masehi.Pada tanggal 19 bulan 6 yaitu pada usia 17 tahun memperoleh Penerangan dan mencapai tingkatan Boddisattva / Hud / Fo. Pada tanggal 19 bulan 9 di tahun yang sama, mencapai kesempurnaan dan berhasil Mokswa, naik ke langit bersama badan kasarnya menjadi Kwan Se Yin Pao Sat Jien So Jien Yen atau Dewi Kwan Im Tangan Seribu – Mata Seribu – Kepala Seribu. Dewi Kwan Im selalu membawa botol Amertha atau wadah suci berisi Embun Welas Asih yang berkhasiat mensucikan segala kotoran ( dosa ) serta menyembuhkan.

Kendaraan Dewi Kwan Im
Dewi Kwan Im Miao San mengendarai Ikan Tombro yaitu lambang keteguhan menghadapi tantangan (seperti Ikan Tombro berenang melawan arus meloncati jeram) jadi seruan agar umat teguh tekadnya dan kuat menghadapi tantangan di dunia dengan jalan yang benar. Bertangan Seribu, Bermata Seribu bahkan Berkepala Seribu lambang bisa mampu menjangkau berbagai hal, Penyayang dan penuh Welas Asih.
Kadang naik Bunga Teratai lambang Kesucian yang selalu bersih, biarpun tumbuh di atas Lumpur, agar umat meneladani makna yang tersirat dalam kehidupannya.

Perwujudan Kwan Im
Kwan Im (Avalokitesvara) sendiri asalnya digambarkan berwujud laki-laki diIndia, begitu pula pada masa menjelang dan selama Dinasti Tang (tahun618-907). Namun pada awal Dinasti Sung (960-1279), berkisar pada abad ke 11, beberapa dari pengikut melihatnya sebagai sosok wanita yang kemudian digambarkan dalam para seniman.Perwujudan Kwan Im sebagai sosok wanita lebih jelas pada masa Dinasti Yuan (1206-1368). Sejak masa Dinasti Ming, atau berkisar pada abad ke 15, Kwan Im secara menyeluruh dikenal sebagai wanita.

Bila sudah mencapai taraf Buddha sudah tidak lagi terikat dengan bentuk apalagi gender, karena pada dasarnya roh itu tidak mempunyai bentuk fisik dan gender. Menurut cerita, Dewi Kwan Im adalah titisan Dewa Che Hangyang ber-reinkarnasi ke bumi untuk menolong manusia keluar dari penderitaan, karena beliau melihat begitu kacaunya keadaan manusia saat itu dan sebagai akibatnya terjadi penderitaan di mana-mana.

Dewa Che Hang memilih wujud sebagai wanita, agar lebih leluasa untuk menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolonganNya. Disamping itu agar lebih bisa meresapi penderitaan manusia, bila dalam bentuk wanita, karena di jaman itu, wanita lebih banyak menderita dan kurang leluasa dalam membuat keputusan.
Dalam sejumlah kitab Budhisme Tiongkok klasik, seperti Sutra Suddharma Pundarika Sutra (Biau Hoat Lien Hoa Keng) disebutkan ada 33 penjelmaan Kwan Im Pho Sat, antara lain :
1.Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera;
2.Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri diatas Naga;
3.Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu;
4.Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri;
5.Kwan Im Berdiri Membawa Anak;
6.Kwan Im Berdiri diatas Batu Karang/Gelombang Samudera;
7.Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu;
8.Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua.

Selain perwujudan yang beraneka bentuk dan posisi, nama atau julukan Kwan Im (Avalokitesvara) juga bermacam-macam, ada Sahasrabhuja Avalokitesvara (Qian Shou Guan Yin), Cundi Avalokitesvara, dan lain-lain. Walaupun memiliki berbagai macam rupa, pada umumnya Kwan Im ditampilkan sebagai sosok seorang wanita cantik yang keibuan, dengan wajah penuh keanggunan.
Selain itu, Kwan Im Pho Sat sering juga ditampilkan berdampingan denganBun Cu Pho Sat dan Po Hian Pho Sat, atau ditampilkan bertiga dengan :Tay Su Ci Pho Sat (Da Shi Zhi Phu Sa) – O Mi To Hud – Kwan Im Pho Sat.
Sedangkan dalam Maha Karuna Dharani (Ta Pei Cou / Ta Pei Shen Cou)ada 84 perwujudan Dewi Kwan Im sebagai simbol dari Bodhisatva yang mempunyai kekuasaan besar.
Altar utama di Kuil Pho To Sandipersembahkan kepada Kwan Im Pho Sat dengan perwujudan sebagaiBudha Vairocana, dan di sisi kiri atau kanan berjajar 16 perwujudan lainnya. Perwujudan Beliau di altar utama Kim Tek Ie (salah satuKelenteng tertua di Indonesia adalahKing Cee Kwan Im (Kwan Im Membawa Sutra Memberi Pelajaran Buddha Dharma kepada umat manusia).
Disamping itu terdapat pula wujud Kwan Im Pho Sat dalam Qian Shou Guan Yin (Kwan Im Seribu Tangan) sebagai perwujudan Beliau yang selalu bersedia mengabulkan permohonan perlindungan yang tulus dari umatNya. Julukan Beliau secara lengkap adalah Tay Cu Tay Pi – Kiu Kho Kiu Lan – Kong Tay Ling Kam – Kwan Im Sie Im Pho Sat.
Ketika agama Buddha memasuki Tiongkok (Masa Dinasti Han), pada mulanya Avalokitesvara Bodhisattva bersosok pria. Seiring dengan berjalannya waktu, dan

pengaruh ajaran Taoisme serta Kong Hu Cu, menjelang era Dinasti Tang, profil Avalokitesvara Bodhisattva berubah dan ditampilkan dalam sosok wanita.
Dari pengaruh ajaran Tao, probabilita perubahan ini terjadi karena jauh sebelum mereka mengenal Avalokitesvara Bodhisattva, kaum Taois telah memuja Dewi Tao yang disebut “Niang-Niang” (Probabilitas adalah Dewi Wang Mu Niang-Niang). Sehubungan dengan adanya legenda Puteri Miao Shan yang sangat terkenal, mereka memunculkan tokoh wanita yang disebut“Guan Yin Niang Niang”, sebagai pendamping Avalokitesvara Bodhisattva pria.
Lambat laun tokoh Avalokitesvara Bodhisattva pria dilupakan orang dan tokoh Guan Yin Niang-Niang menggantikan posisinya dengan sebutan Guan Yin Phu Sa. Dari pengaruh ajaran Kong Hu Cu, mereka menilai kurang layak apabila kaum wanita memohon anak pada seorang Dewa. Bagi para penganutnya, hal itu dianggap sesuai dengan keinginan Kwan Im sendiri untuk mewujudkan dirinya sebagai seorang wanita, agar lebih leluasa untuk menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolongan.
Dari sini jelas bahwa tokoh Avalokitesvara Bodhisattva berasal dari India dan tokoh Guan Yin Phu Sa berasal dari Tiongkok. Avalokitesvara Bodhisattva memiliki tempat suci di gunung Potalaka, Tibet,Pu Tao Shan sedangkan Kwan Im Pho Sat memiliki tempat suci di gunung di kepulauan Zhou Shan,Cina. Kesimpulan atas hal ini adalah tokoh Avalokitesvara Bodhisatva merupakan stimulus awal munculnya Kwan Im Pho Sat.
Dalam kepercayaan Buddhisme yang berkembang pesat di China, diyakini bahwa segala permohonan yang berangkat dari ketulusan dan niat suci, maka biasanya Dewi Kwan Im akan mengabulkan permintaan tersebut.Terutama pada saat-saat genting dimana seseorang tengah berhadapan dengan bahaya. Sehingga dalam kurun ribuan tahun, pengabdian moral dari Dewi Kwan Im dikenal galib berporos empat jalan kebenaran. Yakni, pengembangan kebajikan, pengembangan toleransi dan saling hormat menghormati, pengendalian batin dan mawas diri, serta menghindarkan dari marabahaya.
Menurut Kitab Suci Kwan Im Tek Tooyang disusun oleh Chiang Cuen, Dewi Kwan Im (Miao San ) lahir pada tanggal 19 bulan 2 tahun Kongcu – lik, pada jaman Kerajaan Ciu / Cian Kok pada tahun 403-221 Sebelum Masehi. Terkait dengan legenda puteri Miao Shan, anak dari Raja Miao Zhuang / Biao Cong / Biao Cuang / Miao Chiang / Miao Tu Huang, penguasa negeri Xing Lin (Hin Lim), kira-kira pada akhir Dinasti Zhou di abad ke-3 SM. Dinasti Zhou sendiri berkuasa dari tahun 1122 – 255 SM.
Raja Miao Zhuang sangat mendambakan seorang anak lelaki, tetapi yang dimilikinya hanyalah 3 orang puteri. Puteri tertua bernama Miao Shu, yang kedua bernama Miao Yin El, dan yang bungsu bernama Miao Shan.
Setelah ketiga puteri tersebut menginjak dewasa, Raja mencarikan jodoh bagi mereka. Puteri pertama memilih jodoh seorang pejabat sipil, yang kedua memilih seorang jendral perang sedangkan Puteri Miao Shan tidak berniat untuk menikah. Ia malah meninggalkan istana dan memilih menjadi Bhikunidi Klenteng Bai Que Shi (Tay Hiang Shan).
Miao Yin El menikah serta di kemudian hari menurunkan Raja Miao Li yang mempunyai putri bernama Yu Lan. Miao Shu dan Miao Yin lebih cenderung dimanja oleh fasilitas istana dan berfoya-foya. Sementara Miao Shan dengan rajin menjaga dan merawat kedua orang tua mereka. Dari ketiga putri sang Raja, putri ketiga lah yang sangat berbakti kepada kedua orangtua serta leluhurnya. Ia juga memperlihatkan sifat welas asih kepada semua makhluk. Itu sebabnya ia sudah vegetarian sejak balita.
Dikisahkah, saat masih bayi, bila Miao Shan mendengar kata “bunuh”, ia akan menangis sekeras-kerasnya dan tidak mau bila diberi makan daging saat balita. Toleransinya kepada dayang-dayang istana sangat besar sehingga ia disayangi oleh semua pihak. Ia selalu mengaplikasikan bentuk-bentuk kebajikan Buddhisme yang ia pelajari dan dalami ke dalam hidup sehari-harinya.
Hal tersebut menimbulkan iri hati dan benci dari kedua kakak perempuannya, sehingga dengan intrik dan hasutan jahat bekerja sama dengan seorang peramal tua yang jahat akhirnya Miao Shan diusir dari istana. Miao Shan dituduh titisan dari iblis jahat, sehingga negeri mereka yang dulunya makmur, sekarang selalu dirundung bencana. Padahal bencana dan masalah datang, karena banyak pejabat istana termasuk si peramal tua jahat itu terlibat korupsi besar-besaran, bahkan si peramal tua berambisi mengambil tahta Sang Raja.
Kelompok jahat itu mengklaim sejak Miao Shan lahir bencana susul menyusul tiada henti. Kalau bukan kekeringan, pasti kebanjiran. Kalau bukan kelaparan pasti wabah penyakit. Sehingga Miao Shan dianggap jelmaan iblis yang dikutuk oleh langit.
Dalam pengembaraannya Miao Shan mengabdikan diri sebagai samaneri(calon biksu perempuan). Tahun berganti tahun, akhirnya Sang Raja, ayahanda Miao Shan menjadi sakit-sakitan karena merasa rindu pada putri bungsunya tersebut. Sampai akhirnya sang Raja menderita penyakit aneh yang sekujur tubuhnya ditumbuhi bisul dan borok tak tersembuhkan. Disinyalir ada hubungannya dengan ilmu iblis yang dipelajari oleh peramal tua yang mengincar tahtanya. Bahkan Raja menjadi buta dan permaisuri menjadi kelainan jiwa akibat merindukan putri bungsu mereka.
Miao Shan yang merasa iba, berkat kesaktiannya, mengubah dirinya menjadi seorang bikkhuni. Ia mendatangi istana, dan menjenguk ayahandanya yang terkapar sakit, dengan dalih sebagai tabib. Setelah Miao Shan membacakanparita, ayah ibunya itu merasakan damai yang tiada tara, sehingga mereka tertidur dengan damai. Namun dalam penyamarannya itu, Ia bukannya hanya mengobati, tetapi juga memberi petunjuk bahwa Sang Raja menderita penyakit aneh, dan hanya dapat sembuh jika mengkonsumsi sekerat daging manusia dan sebiji bola mata yang berasal dari tubuh putri kandungnya. Tentu saja ayah ibunya tidak mendengar hal ini karena sudah tertidur, kalau mendengar mungkin mereka tidak berkenan menjalankan pengobatan.
Dihadapan ibu suri dan kedua kakaknya, Miao Shan membeberkan cara pengobatan aneh itu. Di saat meminta kedua kakak perempuannya untuk berkorban diiris otot lengan dan dicungkil sebelah bola matanya untuk dicampur pada obat bagi ayah mereka, saat itu juga keduanya berlutut di samping ranjang ayahanda mereka, menangis tersedu-sedu.
“Oh, Ayahanda, kasihanilah saya Miao Shu. Saya masih memiliki anak yang masih kecil-kecil dan mereka masih membutuhkan saya untuk membesarkan mereka.”
Tak lama berselang, Miao Yin menyusul dengan kalimat bernada serupa. Kali ini tangisnya lebih deras. tiba-tiba Miao Shan menengahi, dengan bijak ia berkata.”Kalau begitu biarkan daging dan bola mata saya saja yang dikorbankan untuk kesembuhan Baginda.” Saat itu kedua kakaknya belum menyadari yang dihadapan mereka adalah adik bungsunya Miao Shan, oleh karena dandanannya yang sederhana sebagai biksuni dan juga karena sekian tahun lamanya mengembara di luar.
Setelah mengiris sekerat otot lengan dan mencongkel bola matanya sendiri dengan belati tanpa rasa takut, dengan tenang serta penuh keikhlasan, ia memberikan bagian-bagian tubuhnya itu untuk campuran ramuan obat untuk ayah ibunya. Saat mengaduk-aduk ramuan obat itu, terjadi keajaiban. Ramuan obat itu memancarkan harum wangi dupa dan memenuhi seluruh penjuru istana.
Raja Miao Zhuang setelah meminum “obat mujarab” tersebut sembuh seketika dan matanya dapat melihat kembali. Atas jasanya, Raja menanyakan apa yang diinginkan oleh Miao Shan yang masih belum dikenali oleh mereka. “Hamba tidak menginginkan bayaran apapun, hamba hanya berbuat baik untuk menyebarkan dharma dan ajaran sang Buddha.” Demikian kata Miao Shan.
“Minimal apa ada permintaan biksuni agar kami tidak merasa terlalu sungkan karena tidak memberikan apa-apa.” Kata Sang Raja.
Terdiam sejenak, kemudian Miao Shan melanjutkan. “Hamba sudah lama kehilangan ayah dan ibu, bolehkan hamba memeluk Baginda dan Permaisuri sehingga kerinduan akan ayah-ibu bisa terobati?”
“Ha? Sesederhana itu? Kenapa tidak boleh… silahkan.” Sahut sang Raja.
Miao Shan menunduk dan menghampiri ayah bundanya itu, setelah bersujud di pelukan Raja ia kemudian berpindah ke pelukan permaisuri dengan airmata berlinang dan suara isak tangis. “Ibu, maafkan anak yang tidak berbakti” demikian Miao Shan berbisik. Karena jarak dekat, permaisuri baru menyadari kalau itu adalah putri bungsunya yang telah diusir dari istana akibat konspirasi pejabat yang tidak setia. Raja yang kaget dan senang bukan kepalang memeluk tubuh putri bungsunya itu dengan airmata berlinang.
Sejak itulah kebajikan dan keluhuran budi Miao Shan menjadi legenda di tanah Tiongkok. Ia menggugah ketulusan tanpa pamrih, pengorbanan tanpa batas, sifat welas asih yang tiada tara, dan masih banyak lagi kemuliaan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Setelah peristiwa fenomenal tersebut, Miao Shan tetap bertekad melanjutkan pertapaannya dengan menjadi biksuni sepanjang hidup dan pengabdiannya. Meski berat hati, tapi Raja Miao Zhung dan permaisurinya merelakan putri bungsunya tersebut, memaklumi niatnya untuk mengabdi bagi kemanusiaan.
Untuk mengenang putri bungsunya tersebut, Raja Miao Zhung memerintahkan pekerja seni rupa terbaik di negerinya membuat patung berwujud putri Miao Shan dan mendirikan vihara Dewi Kwan Im pertama diPho To San
“Putri saya, Miao Shan, ibarat memiliki seribu tangan untuk membantu sesama dengan tulus serta ikhlas, dan seribu mata yang peka melihat penderitaan rakyat jelata!” demikian kata Raja Miao Zhuang dalam nada bangga, yang ternyata salah ditanggapi oleh para pemahat arca istana. Arca rampung dengan memiliki simbolisasi seribu tangan dan seribu mata. Itulah awal ihwal Miao Shan yang melegenda menjadi Qian Shou Guan Yin (Dewi Kwan Im Seribu Tangan).
Dikisahkan ketika Miao Shan berhasil mencapai pencerahan menjadi Buddha, saat hendak memasuki gerbang Nirwana, ia mendengar banyak tangisan penderitaan dari alam manusia di bawah. Ia kemudian membatalkan memasuki Nirwana dan memilih berada di alam manusia untuk membantu setiap makhluk hidup, karena masih mendengar tangisan penderitaan manusia. Ia senantiasa menyingkirkan segala macam penderitaan dan menumbuhkan kebahagiaan dengan mewujudkan permintaan kesejahteraan kaum papa.
Turun temurun masyarakat Tionghoa sangat menghormati Dewi Kwan Im. Hampir di setiap rumah penganut Konfusiunisme dan klenteng-klentengpasti memiliki rupam atau diorama puja untuk mengenang jasa dan kebaikanNya.


Legenda Miao Shan

Selain itu, menurut Kitab Suci Kwan Im Tek Too yang disusun oleh Chiang Cuen, Dewi Kwan Im dilahirkan pada zaman Kerajaan Ciu / Cian Kok pada tahun 403-221 SM terkait dengan legenda Puteri Miao Shan, anak dari Raja Miao Zhuang / Biao Cong / Biao Cuang Penguasa Negeri Xing Lin (Hin Lim), kira-kira pada akhir Dinasti Zhou di abad III SM.
Disebutkan bahwa Raja Miao Zhuang sangat mendambakan seorang anak lelaki, tapi yang dimilikinya hanyalah 3 (tiga) orang puteri. Puteri tertua bernama Miao Shu (Biao Yuan), yang kedua bernama Miao Yin (Biao In) dan yang bungsu bernama Miao Shan (Biao Shan).
Setelah ketiga puteri tersebut menginjak dewasa, Raja mencarikan jodoh bagi mereka. Puteri pertama memilih jodoh seorang pejabat sipil, yang kedua memilih seorang jendral perang sedangkan Puteri Miao Shan tidak berniat untuk menikah. Ia malah meninggalkan istana dan memilih menjadi Bhikuni diKlenteng Bai Que Shi (Tay Hiang Shan).
Setelah ketiga puteri tersebut menginjak dewasa, Raja mencarikan jodoh bagi mereka. Puteri pertama memilih jodoh seorang pejabat sipil, yang kedua memilih seorang jendral perang sedangkan Puteri Miao Shan tidak berniat untuk menikah. Ia malah meninggalkan istana dan memilih menjadi Bhikuni diKlenteng Bai Que Shi (Tay Hiang Shan).
Kematian dan di alam baka

Berbagai cara diusahakan oleh Raja Miao Zhuang agar puterinya mau kembali dan menikah, namun Puteri Miao Shan tetap bersiteguh dalam pendirianNya. Pada suatu ketika, Raja Miao Zhuang habis kesabarannya dan memerintahkan para prajurit untuk menangkap dan menghukum mati sang puteri.
Setelah kematianNya, arwah Puteri Miao Shan mengelilingi neraka. Karena melihat penderitaan makhluk-makhluk yang ada di neraka, Puteri Miao Shan berdoa dengan tulus agar mereka berbahagia. Secara ajaib, doa yang diucapkan dengan penuh welas asih, tulus dan suci mengubah suasana neraka menjadi seperti surga.
Penguasa Akherat, Yan Luo Wang, menjadi bingung sekali. Akhirnya arwah Puteri Miao Shan diperintahkan untuk kembali ke badan kasarNya. Begitu bangkit dari kematianNya, Buddha Amitabha muncul di hadapan Puteri Miao Shan dan memberikan Buah Persik Dewa. Akibat makan buah tersebut, sang Puteri tidak lagi mengalami rasa lapar, ke-tuaan dan kematian. Buddha Amitabha lalu menganjurkan Puteri Miao Shan agar berlatih kesempurnaan di gunung Pu Tuo, dan Puteri Miao Shan-pun pergi ke gunung Pu Tuo dengan diantar seekor harimau jelmaan dari Dewa Bumi.

Menyelamatkan raja

Sembilan tahun berlalu, suatu ketika Raja Miao Zhuang menderita sakit parah. Berbagai tabib termasyur dan obat telah dicoba, namun semuanya gagal. Puteri Miao Shan yang mendengar kabar tersebut, lalu menyamar menjadi seorang Pendeta tua dan datang menjenguk. Namun terlambat, sang Raja telah wafat.
Dengan kesaktianNya, Puteri Miao Shan melihat bahwa arwah ayahNya dibawa ke neraka, dan mengalami siksaan yang hebat. Karena rasa bhaktiNya yang tinggi, Puteri Miao Shan pergi ke neraka untuk menolong. Pada saat akan menolong ayahNya untuk melewati gerbang dunia akherat, Puteri Miao Shan dan ayahNya diserbu setan-setan kelaparan. Agar mereka dapat melewati setan-setan kelaparan itu, Puteri Miao Shan memotong tangan untuk dijadikan santapan setan-setan kelaparan.
Setelah hidup kembali, Raja Miao Zhuang menyadari bahwa bhakti ketiga putrinya sangat luar biasa. Akhirnya sang Raja menjadi sadar dan mengundurkan diri dari pemerintahan serta bersama-sama dengan keluarganya pergi ke gunung Xiang Shan untuk bertobat dan mengikuti jalan Buddha. Rakyat yang mendengar bhakti Puteri Miao Shan hingga rela mengorbankan tanganNya menjadi sangat terharu. Berbondong-bondong mereka membuat tangan palsu untuk Puteri Miao Shan.
Buddha O Mi To Hud (amitabha) yang mengetahui hal itu segera menolong dan memberikan “Seribu Tangan dan Seribu Mata, sehingga Beliau dapat mengawasi dan memberikan pertolongan lebih banyak kepada manusia. Buddha O Mi To Hud yang melihat ketulusan rakyat, juga merangkum semua tangan palsu tersebut dan mengubahNya menjadi suatu bentuk kesaktian serta memberikannya kepada Puteri Miao Shan. Lalu Ji Lay Hud memberiNya gelar Qian Shou Qian Yan Jiu Ku Jiu Nan Wu Shang Shi Guan Shi Yin Phu Sa, yang artinya Bodhisatva Kwan Im Penolong Kesukaran Yang Bertangan Dan Bermata Seribu Yang Tiada Bandingnya, Buddha O Mi To Hud (Amitabha)

Kwan Im, Dewi Tangan seribu

Dalam kisah lain disebutkan bahwa pada saat Kwan Im Phu Sa diganggu oleh ribuan setan, iblis dan siluman, Beliau menggunakan kesaktianNya untuk melawan mereka. Ia berubah wujud menjadi Kwan Im Bertangan dan Bermata Seribu, dimana masing-masing tangan memegang senjata Dewa yang berbeda jenis.
Kisah Kwan Im Lengan Seribu ini juga memiliki versi yang berbeda, diantaranya adalah pada saat Puteri Miao Shan sedang bermeditasi dan merenungkan penderitaan umat manusia, tiba-tiba kepalanya pecah berkeping-keping.

Pelantikan

Disebutkan juga bahwa pada saat pelantikan Puteri Miao Shan menjadi Pho Sat, Puteri Miao Shan diberi 2 (dua) orang pembantu, yakni Long Ni dan Shan Cai. Konon, Long Ni diberi gelar Giok Li (Yu Ni) atau “Gadis Kumala” dan Shan Cai bergelar Kim Tong (Jin Tong) atau “Jejaka Emas”. Pada mulanya, Long Ni adalah cucu dari Raja Naga (Liong Ong), yang diberi tugas untuk menyerahkan mutiara ajaib kepada Kwan Im, sebagai rasa terima kasih dari Liong Ong karena telah menolong puterinya. Namun ternyata Long Ni justru ingin menjadi murid Kwan Im dan mengabdi kepadaNya.
Khusus untuk Shan Cai ada 2 (dua) versi legenda. Versi pertama berdasarkan legenda Puteri Miao Shan yang menceritakan bahwa Shan Cai adalah pemuda yatim piatu yang ingin belajar ajaran Buddha. Ia ditemukan oleh To Te Kong dan diserahkan kepada Kwan Im untuk dididik. Versi lain dalam cerita Se Yu Ki (Xi You Ji) menyebutkan bahwa Shan Cai adalah putera siluman kerbau Gu Mo Ong (Niu Mo Wang) dengan Lo Sat Li (Luo Sa Ni). Nama asliNya adalah Ang Hay Jie (Hong Hai Erl) atau si Anak Merah.
Karena kenakalan dan kesaktian Ang Hay Jie, Sang Kera Sakti Sun Go Kong / Sun Wu Kong meminta bantuan kepada Kwan Im Pho Sat untuk mengatasiNya.
Akhirnya Ang Hay Jie berhasil ditaklukkan oleh Kwan Im Pho sat dan diangkat menjadi muridNya dengan panggilan Shan Cai. Dalam hal ini, banyak orang yang salah mengerti dan menganggap bahwa salah 1 (satu) pengawal Kwan Im Po Sat adalah Lie Lo Cia (Li Ne Zha), yang penampilanNya memang mirip dengan Ang Hay Jie. Secara khusus terdapat perbedaan diantara keduaNya, Lie Lo Cia menggunakan senjata roda api di kakiNya, sedangkan Ang Hay Jie menggunakan semburan api dari mulutnya. Lie Lo Cia adalah anak dari Lie King dan Ang Hay Jie adalah anak dari Gu Mo Ong.

Legenda Puteri Miao Shan

Dalam legenda Puteri Miao Shan, disebutkan bahwa kakak-kakak Miao Shan bertobat dan mencapai kesempurnaan, lalu mereka diangkat sebagai Pho Sat oleh Giok Hong Siang Te. Puteri Miao Shu diangkat sebagai Bun Cu Pho Sat (Wen Shu Phu Sa) dan Puteri Miao Yin sebagai Po Hian Pho Sat (Pu Xian Phu Sa). Disebutkan juga bahwa pada saat pelantikan Puteri Miao Shan menjadi Pho Sat, Puteri Miao Shan diberi 2 (dua) orang pembantu, yakni Long Ni dan Shan Cai. Konon, Long Ni diberi gelar Giok Li (Yu Ni) atau “Gadis Kumala” dan Shan Cai bergelar Kim Tong (Jin Tong)atau “Jejaka Emas”.
Pada mulanya, Long Ni adalah cucu dari Raja Naga (Liong Ong), yang diberi tugas untuk menyerahkan mutiara ajaib kepada Kwan Im, sebagai rasa terima kasih dari Liong Ong karena telah menolong puterinya. Namun ternyata Long Ni justru ingin menjadi murid Kwan Im dan mengabdi kepadaNya. Khusus untuk Shan Cai ada 2 (dua) versi legenda. Versi pertama berdasarkan legenda Puteri Miao Shan yang menceritakan bahwa Shan Cai adalah pemuda yatim piatu yang ingin belajar ajaran Buddha. Ia ditemukan oleh To Te Kong dan diserahkan kepada Kwan Im untuk dididik.
Versi lain dalam cerita Se Yu Ki (Xi You Ji) menyebutkan bahwa Shan Cai adalah putera siluman kerbau Gu Mo Ong (Niu Mo Wang) dengan Lo Sat Li (Luo Sa Ni). Nama asliNya adalah Ang Hay Jie (Hong Hai Erl) atau si Anak Merah. Karena kenakalan dan kesaktian Ang Hay Jie, Sang Kera Sakti Sun Go Kong / Sun Wu Kong meminta bantuan kepada Kwan Im Pho Sat untuk mengatasiNya.
Akhirnya Ang Hay Jie berhasil ditaklukkan oleh Kwan Im Pho sat dan diangkat menjadi muridNya dengan panggilan Shan Cai. Dalam hal ini, banyak orang yang salah mengerti dan menganggap bahwa salah 1 (satu) pengawal Kwan Im Po Sat adalah Lie Lo Cia (Li Ne Zha), yang penampilanNya memang mirip dengan Ang Hay Jie. Secara khusus terdapat perbedaan diantara keduaNya, Lie Lo Cia menggunakan senjata roda api di kakiNya, sedangkan Ang Hay Jie menggunakan semburan api dari mulutnya. Lie Lo Cia adalah anak dari Lie King dan Ang Hay Jie adalah anak dari Gu Mo Ong.

Dewi Kwan Im (Hanzi : 觀音娘娘/觀世音; Pinyin : Guānyīn niángniáng/Guānshìyīn) adalah Dewi Welas Asih yang populer dipuja masyarakat Tiongkok dan perantauannya  di dunia. Sebutan ‘Kwan Im’ sendiri berasal dari dialek Hokkian yang umum dipergunakan mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia.
Nama lengkap dari Kwan Im menurut versi ajaran Buddhisme adalah Kwan She Im Phosat (Hanzi : 觀世音菩薩, Pinyin : Guānshìyīn púsà) yang merupakan terjemahan langsung dari nama aslinya dalam bahasa Sanskerta, Avalokitesvara Bodhisattva. Sedangkan menurut versi ajaran Taoisme menyebutnya sebagai Cihang Dashi (慈航大士) atau Cihang Zhenren (慈航真人).

Dewi Kwan Im sendiri asalnya digambarkan berwujud laki-laki di India. Penyebaran pengaruhnya mulai masuk ke daratan Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-907). Namun pada awal Dinasti Song (960-1279), berkisar pada abad ke 11, beberapa dari pengikut melihatnya sebagai sosok wanita yang kemudian digambarkan dalam para seniman. Perwujudan Kwan Im sebagai sosok wanita lebih jelas pada masa Dinasti Yuan (1206-1368). Sejak masa Dinasti Ming atau sekitar abad ke 15, Dewi Kwan Im secara menyeluruh perwujudannya dikenal sebagai wanita.
Banyak cerita mengenai asal-usul tentang Dewi Kwan Im di masyarakat Tiongkok. Salah satu yang paling terkenal adalah cerita tentang Legenda Putri Miao Shan (妙善). Menurut cerita tersebut, Putri Miao Shan dilahirkan pada masa dinasti Zhou Timur ( 770-256 SM), yang merupakan anak dari Raja Miao Zhuang (妙莊) penguasa Negeri Xing Lin pada akhir masa Dinasti Zhou (abad 3 SM).

Setelah kematiannya, arwah Puteri Miao Shan mengelilingi neraka. Karena melihat penderitaan makhluk-makhluk yang ada di neraka, P
Puteri Miao Shan berdoa dengan tulus agar mereka berbahagia. Secara ajaib, doa yang diucapkan dengan penuh welas asih, tulus dan suci mengubah suasana neraka menjadi seperti surga.

Penguasa dunia akhirat, Yan Luo Wang (Hanzi : 阎罗; Hokkian : Giam Lo Ong), menjadi bingung sekali. Akhirnya arwah Puteri Miao Shan diperintahkan untuk
kembali ke badan kasarnya. Begitu bangkit dari kematiannya, Buddha Amitabha muncul di hadapan Puteri Miao Shan
 dan memberikan Buah Persik Dewa untuk dimakannya.
Dengan memakan buah persik tersebut, sang Puteri tidak lagi mengalami rasa lapar, berubah menjadi tua, dan mengalami kematian. Buddha Amitabha lalu
menganjurkan agar Puteri Miao Shan berlatih mencapai kesempurnaan di gunung Pu Tuo. Puteri Miao Shan pun mengikutinya,
pergi ke gunung Pu Tuo dengan diantar seekor harimau jelmaan dari Dewa Bumi.
menganjurkan agar Puteri Miao Shan berlatih mencapai kesempurnaan di gunung Pu Tuo. Puteri Miao Shan pun mengikutinya,
pergi ke gunung Pu Tuo dengan diantar seekor harimau jelmaan dari Dewa Bumi.
Mengenai jalan cerita lengkapnya/selanjutnya, silahkan pembaca cari lewat mesin pencari karena artikel ini bukan berfokus pada riwayatNya.
Beberapa perwujudan dari Dewi Kwan Im yang paling terkenal adalah (1) Kwan Im berdiri menyeberangi samudera, (2) Kwan Im menyeberangi samudera sambil berdiri di atas seekor Naga, (3) Kwan Im duduk bersila dengan Tangan Seribu (sebagian divisualisasikan sambil memegang aneka macam senjata), (4) Kwan Im berjubah putih sambil berdiri membawa botol suci & dahan Yang Liu (sebagian divisualisasikan dalam posisi duduk bersila), (5) Kwan Im berdiri sambil menggendong Anak, dan (6) Kwan Im Berdiri di atas batu karang.
Walaupun memiliki berbagai macam bentuk rupa perwujudan, pada umumnya Dewi Kwan Im ditampilkan sebagai sosok seorang wanita cantik yang keibuan¹ (berusia 40-an tahun), dengan wajah penuh keanggunan.

Terdapat 3 hari besar untuk memperingati/menghormati Dewi Welas Asih ini, yaitu pada (sumber Buddha.id) :

1. Tanggal 19 bulan 2 Imlek adalah hari kelahiran Nya.
2. Tanggal 19 bulan 6 Imlek adalah hari mencapai kesempurnaan
3. Tanggal 19 bulan 9 Imlek adalah hari meninggalkan raganya

Pada hari-hari ini, umat yang merasa pernah memperoleh pertolongan Guan Yin umumnya akan datang memenuhi kelenteng Guan Yin, membawa barang persembahan, melepaskan burung dan atau hewan lain, melakukan pantangan makan bernyawa (cia cay), dan melaksanakan perbuatan amal/kegiatan sosial lainnya, seperti berkunjung ke rumah jompo, rumah penampungan anak yatim dan cacat, dsb

1. Jika orang lain membuatmu susah, anggaplah itu tumpukan rejeki.
2. Mulai hari ini belajarlah menyenangkan hati orang lain.
3. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan, itulah bahagia.
4. Lari dan berlarilah untuk mengejar hari esok.
5. Setiap hari kamu sudah harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini.
6.Setiapkali ada orang memberimu satu kebaikan, kamu harus mengembalikannya
   sepuluh kali lipat.
7. Nilailah kebaikan orang lain kepadamu, tetapi hapuskanlah jasa yang pernah kamu
    berikan pada orang lain.
8. Dalam keadaan benar kamu difitnah, dipersalahkan dan dihukum, maka kamu akan
    mendapatkan pahala.
9. Dalam keadaan salah kamu dipuji dan dibenarkan, itu merupakan hukuman.
10. Orang yang benar kita bela tetapi yang salah kita beri nasihat.
11. Jika perbuatan kamu benar, kamu difitnah dan dipersalahkan, tapi kamu
       menerimanya, maka akan datang kepadamu rezeki yang berlimpah-ruah.
12. Jangan selalu melihat / mengecam kesalahan orang lain, tetapi selalu melihat diri
       sendiri itulah kebenaran.
13. Orang yang baik diajak bergaul, tetapi yang jahat dikasihani.
14. Kalau wajahmu senyum hatimu senang, pasti kamu akan aku terima.
15. Dua orang saling mengakui kesalahan masing-masing, maka dua orang itu akan
       bersahabat sepanjang masa.
16. Saling salah menyalahkan, maka akan mengakibatkan putus hubungan.
17. Kalau kamu rela dan tulus menolong orang yang dalam keadaan susah, maka jangan
       sampai diketahui bahwa kamu sebagai penolongnya.
18. Jangan membicarakan sedikitpun kejelekan orang lain dibelakangnya, sebab kamu
       akan dinilai jelek oleh si pendengar.
19. Kalau kamu mengetahui seseorang berbuat salah, maka tegurlah langsung dengan
       kata-kata yang lemah lembut hingga orang itu insaf.
20. Doa dan sembah sujudmu akan aku terima, apabila kamu bisa sabar dan menuruti
       jalanKu.

Comments